Mercubanten - Pikun bagi beberapa orang dianggap hal biasa yang terjadi pada usia lanjut. Gangguan yang dalam bahasa medisnya Demensia ini merupakan sebuah sindrom gangguan yang membuat fungsi otak menjadi menurun.
Demensia pada orang lanjut usia dapat menggangu aktivitas sehari-hari karena sindrom ini menyerang fungsi kognitif (daya fikir) yang menyebabkan terganggunya daya ingat, perilaku, perasaan atau emosi.
Sindrom demensia seringkali tidak terdeteksi, karena sering dianggap biasa, namun jika sudah terlalu sering lupa dan membahas tema yang sama dalam waktu berdekatan, bisa jadi hal tersebut perlu penanganan lebih lanjut.
Dokter Spesialis Saraf RS Sari Asih Cipondoh, Kota Tangerang, dr Mimin Supriatin, SpN, M.Kes, menjelaskan semakin seseorang bertambah usia maka akan terjadi perubahan baik pada tubuh dan fikiran, terutama ingatan.
“Selama ini kita merasa maklum dengan orang pikun, dan itu sebenarnya tidak boleh kita biasakan, dan sebaiknya harus diwaspadai,” kata dr Mimin dalam keterangan tertulis, Rabu (20/10/2022).
Memang menurut dr Mimin, ada yang masih pada tingkatan normal, namun ada yang sudah pada tingkatan tidak normal dan itu harus dibedakan. Mungkin beberapa kali lupa menaruh sesuatu masih bisa dianggap normal atau batas wajar.
“Yang tidak wajar itu jika kita bertemu seseorang setiap hari tapi kita selalu lupa akan namanya, atau mengulang-ulang pertanyaan yang sama yang padahal sebelumnya pernah ditanyakan,” jelasnya.
Gejala demensia yang perlu diwaspadai dapat disingkat LALILULELO, yaitu LA adalah labil emosi, LI adalah linglung, LU adalah sering lupa, LE adalah lemot atau lamban dalam berfikir Dan LO adalah logika menurun.
Kondisi ini jika dibiarkan akan mengalami perburukan, selain faktor memori yang terkena, faktor lain seperti emosi serta perilaku juga terserang. Dan biasanya gangguan ingatan terjadi pada usia lanjut di atas 60 tahun.
Dr Mimin pun menyarankan untuk segera memeriksakan kondisi seseorang jika terdeteksi faktor-faktor tersebut sedini mungkin ke spesialis saraf. Spesialis akan melakukan beberapa pemeriksaan penyebab gangguan memori tersebut.
“Konsultasi, pemeriksaan tes memori, terapi baik farmakologi dan non farmakologi yang tepat bagi seseorang yang terdeteksi gejala demensia agar kondisi gangguan ingatan mereka tidak bertambah buruk,” sebut dr Mimin.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami demensia, ada faktor yang tidak dapat dihindari seperti salah satunya adanya faktor genetik atau keluarga yang juga mengalaminya, jenis kelamin, usia, dan ras.
Sementara faktor risiko lain yang bisa kita hindari misalnya merokok, alkohol, tidur yang kurang, stress berlebihan yang juga turut menambah penyakit-penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, kolesterol dan juga penyakit jantung.
Aktif dalam kegiatan yang bersifat sosial di sarankan dr Mimin, karena mampu menekan dampak demensia seseorang, seperti olahraga, aktivitas keagamaan, silaturahmi keluarga atau tetangga hingga menekuni hobi yang disukainya.
“Dikarenakan biasanya seseorang yang mengalami demensia seringkali menarik diri dari lingkungannya dan juga tidak melakukan hoby yang biasa ditekuni. Dan aktivitas-aktivitas yang rutin dijalankan dapat memperlambat laju perburukan demensia pada seseorang,” tuturnya.
Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI) saat ini sudah mengeluarkan program aplikasi yang dapat diunduh di yaitu EMS. E- memory screening, berisi kuesioner 8 pertanyaan sederhana untuk deteksi dini demensia yang dapat diakses siapapun, kapanpun, dimanapun.
“Sejumlah tes untuk mengetahui tingkat keparahan demensia bisa kita lakukan di RS Sari Asih Cipondoh, berupa Tes Memori, MMSE sama MoCa Ina,” lanjut dr Mimin.
Terkait demensia, Kemenkes sudah mengeluarkan slogan pencegahan penyakit tidak menular yang mana demensia menjadi bagian dari salah satu penyakit tidak menular. Slogan tersebut adalah CERDIK, C yaitu Cek kesehatan secara berkala, E yaitu Enyahkan asap rokok, R yaitu Rajin aktivitas fisik, D yaitu Diet seimbang, I yaitu Istirahat cukup dan K yaitu Kelola stress.
“Slogan ini mari kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena pengetahuan tanpa action tidak akan menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik,” imbuhnya.
(Red)